Sunday, 8 February 2015
Kemendag tak berdaya lawan tikus pelabuhan pemain impor baju bekas
Kementerian Perdagangan (Kemendag) tak mampu membendung derasnya arus impor pakaian bekas yang masuk ke Indonesia. Padahal, pakaian-pakaian bekas tersebut mengandung ratusan ribu bakteri membahayakan bagi manusia.
Direktur Jenderal Standarisasi dan Perlindungan Konsumen Kemendag Widodo menuturkan, pihaknya tidak memiliki wewenang mengatasi masalah tersebut. Menurutnya, Ditjen Bea Cukai Kemenkeu justru lebih memiliki wewenang membatasi peredaran pakaian bekas. Sebab, pakaian bekas yang masuk ke Indonesia kebanyakan ilegal.
"Itu kan diduga masuk tidak sesuai ketentuan, tidak secara resmi. Sementara Kemendag tidak bisa jangkau pelabuhan. Yang bisa kita lakukan yaitu pendekatan ke konsumen," ujar Widodo yang ditemu di kantornya, Jakarta, Sabtu (31/1).
Dia menegaskan, pakaian-pakaian tersebut diduga banyak masuk melalui pelabuhan-pelabuhan kecil. Namun dengan wilayah pesisir Indonesia yang begitu luas, pengawasan yang dilakukan menjadi tidak maksimal.
"Bisanya tidak dari pelabuhan resmi. Seperti di Sumatera bagian Timur banyak pintu tikus seperti Batam. Itu kalau ketahuan, bisa ditangkap bea cukai," jelas Widodo.
Dia tidak menampik ada aturan pelarangan impor barang-barang bekas. Namun Kemendag tidak bisa berbuat banyak bila barang ilegal tersebut sudah sampai ke pedagang.
"Aturannya, barang bekas itu tidak boleh diimpor. Tapi kalau sudah di dalam sulit ditindak. Kecuali kalau ada di toko dan konsumen tidak diberikan informasi, itu bisa ditindak," jelas dia.
Penelusuran merdeka.com, baju-baju bekas itu tak seluruhnya masuk lewat pelabuhan kecil. Di Tanjung Priok, Jakarta, dengan mudah ada calo yang mengurus jika mau berbisnis baju bekas.
Panasnya terik matahari, kumpulan debu yang menerjang di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, tidak melunturkan keasyikan sekumpulan orang yang sedang menikmati kopi dan mengisap rokok. Seseorang menghampiri ketika merdeka.com masih mengamati aktivitas mereka.
"Mau cari apa pak dan mau ke mana?" ujar salah satu pria di pelabuhan bernama Dadang kepada merdeka.com di pos 1 Pelabuhan Tanjung Priok, Kamis (5/1).
Lelaki berkulit legam, bertopi dan berkacamata hitam tersebut ternyata bukan hanya sekedar pegawai buruh pelabuhan. Saat merdeka.com mengaku mencari penyedia baju-baju bekas hasil impor, Dadang mengaku bisa memperkenalkan merdeka.com kepada seorang calo importir pakaian bekas asal Republik Rakyat China, Korea Selatan, Japan, dan Australia.
"Oh bapak mau beli borongan pakaian bekas, punya modal berapa biar nanti saya kenalin ke calonya. Jadi pas barang itu turun dari kapal nanti bapak saya kontak," kata pria yang tinggal di Jakarta Selatan tersebut.
Dadang bahkan menyarankan merdeka.com untuk menggunakan kendaraan tertentu apabila ingin membeli pakaian-pakaian bekas dari importir di pelabuhan. "Bapak ke sini naik motor atau bawa mobil? Kalau mau beli borongan pakaian bekas harus pake mobil biar enggak ketahuan sama polisi pelabuhan," tuturnya.
Dadang juga menceritakan kondisi pakaian impor yang akan diterima merdeka.com dari importir. Dadang mengatakan, setelah turun dari kapal, pakaian bekas sudah terbungkus dalam bentuk bal-bal atau karungan yang berisi ratusan pakaian.
"Per balnya itu tergantung jenis pakaiannya, kalau untuk ukuran balita murah Rp 700 ribu. Tapi kalau untuk orang dewasa per balnya bisa sampai Rp 1-Rp 1,2 juta. Makanya tadi kan saya tanya sama bapak, punya modal berapa? Kalau modal Rp 20 juta saya bisa kasih 10-12 bal dengan berbagai jenis pakaian," ungkapnya.
Ada uang, ada barang. Kasih saja uang padanya. Selebihnya dia yang mengurus. Tak heran bisnis baju bekas impor tak penah mati.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment