Sunday, 15 February 2015

Kenaikan harga rumah di Jabodetabek makin gila-gilaan


Harga rumah semakin tak terjangkau. Masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) makin sulit memiliki rumah idaman. Bahkan untuk bermimpi rasanya sudah tidak mungkin.

Khususnya di wilayah Jabodetabek, harga rumah terus mengalami kenaikan. Semakin mahal dan makin mustahil terjangkau masyarakat berpenghasilan rendah. Di sinilah pemerintah harusnya bisa memberikan peran lebih besar kepada rakyat kecil.

Ketua Asosiasi Pengembangan Perumahan Rakyat Seluruh Indonesia (APERSI), Eddy Gustafo, mengatakan bahwa kenaikan harga rumah memang tidak sebanding dengan penghasilan rakyat kecil. Di satu sisi harga rumah terus mengalami kenaikan, tapi penghasilan masyarakat berjalan lambat bahkan stagnan.

"Di sinilah pemerintah harus hadir, membuka akses untuk rakyat kecil agar bisa memiliki rumah. Rumah itu kan hak azasi, kebutuhan dasar manusia. Jadi rakyat harus dibantu supaya tidak ada lagi yang tidur beratapkan langit," kata Eddy, Jumat (13/2).

Eddy menambahkan kenaikan harga rumah tiap tahun rata-rata 10 persen hingga 20 persen di Indonesia. Bahkan menurut data, Indonesia menjadi negara dengan kenaikan harga properti paling tinggi di dunia. Di beberapa wilayah, ungkap Eddy, ada yang naiknya hingga 35 persen.

Pengamat properti, Ali Tranghada, membenarkan tingginya kenaikan harga rumah di Indonesia. Harga properti memang selalu naik. Siklus penurunan karena berkurangnya daya beli masyarakat. Hingga tahun 2014, kenaikan harga rumah di Indonesia masih yang paling tinggi di dunia.

"Tren kenaikan properti terjadi dari tahun 2009 hingga 2013. Masuk 2014 masih tertinggi tapi melambat karena adanya kegaduhan politik dan daya beli masyarakat yang menurun," ungkap Ali yang kini menjabat Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW).

Menurut Ali, kalangan MBR semakin sulit menjangkau harga rumah yang makin meroket. Dahulu MBR masih bisa bermimpi membeli rumah tapi sekarang untuk bermimpi saja sepertinya sulit. Lebih-lebih di wilayah sekitaran Jabodetabek. Harganya paling murah untuk rumah tipe 36 sudah di atas Rp 300 jutaan. Harga rumah di kisaran tersebut bisa ditemukan di pinggiran Jakarta. Seperti Depok, Bekasi, Parung, Cilengsi, dan sekitaran Banten.

"Karena selain rate bunga KPR tinggi, ditambah cicilan, MBR juga kan harus mengeluarkan ongkos transportasi untuk yang kerja di pusat kota Jakarta," tambah Ali.

0 komentar:

Post a Comment